Selasa, 19 Mei 2020

Perjuangan Guru Bayan di Masa Pandemi Covid-19


Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda dunia merubah tata kehidupan masyarakat termasuk di Indonesia. Demikian juga perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan. Untuk menghindari terjangkitnya wabah Covid-19, Mendikbud mengeluarkan kebijakan dengan program belajar dari rumah. Dengan keluarnya kebijakan tersebut, peserta didik tidak lagi belajar secara normal di sekolah tetapi mereka belajar dari rumah.  Di awal kebijakan tersebut diterapkan tentunya membuat kalangan pendidikan menjadi kebingungan. Mereka bingung karena belum memiliki persiapan bagaimana program belajar dari rumah dilaksanakan.
“Apa yang harus kita lakukan?” kata seorang guru kepada kepala sekolah.
Seorang kepala sekolah terdiam dan tidak menjawabnya langsung. Ia masih termenung sambil memikirkan langkah apa yang harus diambil.
Pada awal program belajar dari rumah memang terkesan mendadak. Sekolah mendapatkan informasi pada hari pertama libur. Sehingga para guru tidak memiliki persiapan khusus dalam menghadapi kegiatan belajar dari rumah.
Seorang kepala sekolah di salah satu Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan Bayan yang berada di daerah pedesaan mengumpulkan guru-gurunya untuk diberikan pengarahan.
“Bapak ibu pasti kaget dengan diliburkannya anak-anak untuk menghindari penularan Covid-19,” Kata kepala sekolah.
“Saya yakin bapak ibu belum memiliki persiapan khusus untuk menghadapi kondisi ini, untuk itu silahkan dibagikan buku-buku pelajaran kepada anak-anak.” Lanjut kepala sekolah memberikan instruksi kepada para guru.
Para guru masuk ruang kelas masing-masing dan membagikan buku pelajaran kepada peserta didik. Mereka menjelaskan tentang kegiatan belajar dari rumah. Para guru juga berpesan agar di rumah tetap menjaga kebersihan, pakai masker dan cuci tangan pakai sabun serta menjaga jarak dengan orang lain agar tidak tertular wabah Covid-19.
Hari-hari berikutnya para guru tetap masuk sekolah seperti biasa. Mereka menikmati seperti libur kenaikan kelas atau libur sekitar hari raya Idul Fitri tanpa memikirkan proses pembelajaran. Setelah beberapa hari masuk sekolah, mereka kebingungan apa yang harus mereka lakukan. Sementara anak-anak tidak masuk sekolah bukan berarti libur, tetapi belajar dari rumah. Belajar  jarak jauh merupaka pilihan agar siswa tetap belajar.
Bagi sekolah di daerah perkotaan, belajar jarak jauh tentunya tidak terlalu sulit. Para siswa atau orang tuanya banyak memiliki fasilitas seperti HP android, laptop atau minimal memiliki HP biasa serta jaringan internet juga sangat baik. Mereka bisa memanfaatkan semua itu untuk program belajar jarak jauh. Guru bisa memanfaatkan fasilitas-fasilitas untuk belajar daring seperti WhatsApp (WA), Google Form, Zoom, Ruang Guru, Rumah Belajar, TVRI dan lain-lain. Bisa juga melalui SMS atau telepon langsung kepada siswa yang tidak memiliki fasilitas HP android.
Bagi sekolah di daerah pedesaan terlebih lagi yang berada di daerah 3T, program belajar dari rumah merupakan tantangan tersendiri. Fasilitas untuk belajar dalam jaringan (daring) atau online masih sangat terbatas. Belum lagi pengetahuan guru dalam pemanfaatan platform-platform teknologi juga masih kurang. Ditambah lagi keterbatasan dana untuk pembelian pulsa atau kuota internet. Semua itu menjadi hal yang rumit dan pelik bagi para guru terutama yang mengajar di daerah pedesaan.
Bagi guru dan siswa SD, memang sebagian bisa melakukan pembelajaran secara daring. Namun itu hanya sebagian kecil saja yaitu 31 % (sumber dari surve cepat Inovasi). Selebihnya guru melakukan pembelajaran secara offline atau luar jaringan (luring).
Saat akan melakukan pembelajaran secara luring, sekolah menyusun program. Para guru juga menyusun program dan menyiapkan materi bahan ajar. Mereka juga memetakan letak rumah para siswa dan selanjutnnya menyusun jadwal untuk melakukan kunjungan rumah.
Untuk melindungi para guru agar terhindar dari wabah covid-19, sekolah menyediakan masker dan hand sanitizer. Para guru juga menjalankan protokol pencegahan virus corona Covid-19.  Mereka memakai masker, cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer serta melakukan phisical distancing atau jaga jarak aman dengan orang lain.  Saat turun ke rumah-rumah siswa selain memberikan materi pembelajaran dan tugas, guru juga memberikan pemahaman kepada siswa tentang protokol pencegahan Covid-19.
Dalam melakukan kunjungan rumah, bukan hal yang mudah bagi guru. Mereka diliputi rasa was-was dengan adanya wabah covid-19. Dari hasil monitoring kami secara online menggunakan google form didapatkan 75,6 % guru mengalami ketakutan untuk berkunjung ke rumah-rumah siswa, mereka takut tertular Covid-19. Apalagi suatu sekolah yang sudah termasuk dalam zona merah. Jarak rumah siswa yang saling berjauhan serta kondisi geografis daerah perbukitan juga menjadi tantangan bagi guru.
Guru mengunjungi siswa ke rumah sesuai jadwal. Mereka kadang berjalan melewati gang-gang sempit yang dipenuhi bongkahan sisa-sisa reruntuhan rumah pasca gempa. Sebagian lagi berjalan melewati pematang sawah, melewati jalan setapak diantara kebun-kebun dan hutan bahkan ada yang mendaki dan menuruni bukit untuk menemui siswanya agar tetap bisa belajar.
Dalam memberikan materi, pencapaian kurikulum sudah tidak lagi menjadi fokus pembelajaran. Para guru memikirkan pengembangan materi di luar kurikulum yang disesuaikan kondisi siswa. Pembelajaran kecakapan hidup dikembangkan seperti: materi tentang covid-19, cara menjaga kebersihan, siswa menjelaskan kegiatan sehari-hari di rumah.
Sesampai di rumah salah satu rumah, guru segera menemui muridnya.
“Adi, ada teman-temanmu yang dekat dengan rumahmu ini?” tanya guru.
“Ada Bu,” jawab Adi.
“Tolong kamu panggil kesini, cukup 4 atau 5 orang saja,” kata guru.
Tidak lama kemudian mereka kumpul di rumah Adi. Selanjutnya mereka menuju mushola darurat dekat rumah Adi. 
“Mohon duduknya berjarak 1 meter dan pada pertemuan besok tolong pakai masker,” kata guru.
Selanjutnya guru menjelaskan materi, memberi kesempatan siswa untuk bertanya serta memberikan tugas yang akan dikerjakan seminggu ke depan.
“Anak-anak besok satu minggu lagi, Ibu guru akan kesini lagi untuk mengambil tugas dan memberikan materi baru,” kata guru.
"Ya...Bu guru," jawab mereka serempak.
Selesai pertemuan dengan gurunya, para murid pulang ke rumah masing dengan membawa materi dan tugas yang sudah diberikan. Guru melanjutkan untuk mengunjungi peserta didik yang lain. Dalam satu hari mereka hanya dapat mengunjungi 3 sampai 4 rumah. Jumlah siswa yang dikunjungi dalam satu hari tidak menentu. Bila rumah siswa berdekatan, mereka belajar bisa dalam bentuk kelompok sehingga bisa lebih efektif. Dapat mengunjungi 3 kelompok saja berarti sudah bisa melayani 15 orang peserta didik.  Tetapi bila rumah siswa jaraknya berjauhan maka guru hanya bisa menemui siswa secara individual. Sehingga yang bisa dilayani hanya 3 sampai 4 orang siswa dalam sehari. 
Begitu berat perjuangan para guru di masa pandemi Covid-19. Mengunjungi rumah siswa merupakan pilihan terakhir karena keterbatasan dalam pembelajaran secara daring. Segala resiko dipertaruhkan oleh para guru demi melayani peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya. Mereka memiliki semnagat dan tekat bahwa seluruh peserta didik harus mendapat pelayanan pembelajaran dari rumah dengan baik.  Dengan semangat dan perjuangan yang dilakukan oleh para guru, maka julukan pahlawan tanpa tanda jasa tetap melekat kuat pada jiwa para guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ASESMEN

  Pengertian Asesmen   Banyak ahli yang mengemukakan pengertian asesmen. Pengertian itu ada yang sama dan ada yang berbeda. Di antaranya, M...