Inklusif diambil dari kata dalam bahasa inggris yakni “to include” atau “inclusion” atau “inclusive” yang berarti mengajak masuk atau mengikutsertakan. Dalam pengertian “inklusif” yang diajak masuk atau yang diikutsertakan adalah menghargai dan merangkul setiap individu dengan perbedaan latar belakang, jenis kelamin, etnik, usia, agama, bahasa, budaya, karakteristik, status, cara/pola hidup, kondisi fisik, kemampuan dan kondisi beda lainnya (UNESCO: 2001, 17).
Pendidikan inklusif adalah pendidikan yang terbuka dan ramah terhadap pembelajaran dengan mengedepankan tindakan menghargai dan merangkul perbedaan. Untuk itu, pendidikan inklusif dipahami sebagai sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan yang dapat menghalangi setiap individu siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan yang dilengkapi dengan layanan pendukung. “Inklusif” merupakan perubahan praktis dan sederhana yang memberi peluang kepada setiap individu dengan setiap perbedaannya untuk bisa berhasil dalam belajar. Perubahan ini tidak hanya menguntungkan individu yang sering tersisihkan seperti anak berkebutuhan khusus, tetapi semua anak dan orang tuanya, semua guru dan administrator sekolah, dan setiap anggota masyarakat dan lingkungannya juga mendapatkan keuntungan dari setiap perubahan yang dilakukan.
1. Memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap pendidikan yang terjangkau, efektif,
relevan dan tepat dalam wilayah tempat tinggalnya
2. Memastikan semua pihak untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif agar seluruh
terlibat dalam proses pembelajaran.
Jadi, inklusi dalam pendidikan merupakan proses peningkatan partisipasi siswa dan mengurangi
keterpisahannya dari budaya, kurikulum dan komunitas sekolah setempat.
C. Aspek yang Terlibat
1. Restrukturisasi budaya, kebijakan dan praktik untuk merespon keberagaman siswa dalam lingkungannya;
2. Pembelajaran dan partisipasi SEMUA anak yang rentan akan tekanan eksklusi (bukan hanya siswa penyandang cacat);
3. Meningkatkan mutu sekolah untuk stafnya maupun siswanya;
4. Mengatasi hambatan akses dan partisipasinya;
5. Hak siswa untuk dididik di dalam lingkungan masyarakatnya;
6. Memandang keberagaman sebagai kekayaan sumber, bukan sebagai masalah;
7. Saling memelihara hubungan antara sekolah dan masyarakat;
8. Memandang pendidikan inklusif sebagai satu aspek dari masyarakat inklusif.
D. Prinsip Pendidikan Inklusif
1. Terbuka, adil, tanpa diskriminasi
2. Peka terhadap setiap perbedaan
3. Relevan dan akomodatif terhadap cara belajar
4. Berpusat pada kebutuhan dan keunikan setiap individu peserta didik
5. Inovatif dan fleksibel
6. Kerja sama dan saling mengupayakan bantuan
7. Kecakapan hidup yang mengefektifkan potensi individu peserta didik dengan potensi lingkungan
E. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Inklusi merupakan suatu proses yang berkembang dari waktu ke waktu dan keberhasilan inklusi tergantung pada persiapan dan penempatan dasar-dasar inklusi itu sendiri. Apabila inklusi ingin berhasil tentunya sekolah harus menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Pada dasarnya, inklusi sosial dalam konteks pendidikan adalah menghargai dan merangkul setiap individu dengan perbedaan latar belakang, jenis kelamin, etnik, usia, agama, bahasa, budaya, karakteristik, status, cara/pola hidup, kondisi fisik, kemampuan dan kondisi beda lainnya (UNESCO: 2001, 17). Sekolah merupakan tempat di mana semua siswa merupakan anggota yang utuh, memiliki perasaan terhubungkan dengan teman-temannya, memiliki akses terhadap kurikulum pendidikan umum yang sesuai dan bermakna, serta memperoleh dukungan untuk keberhasilannya.
Berikut adalah prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusif:
1. Pendidikan yang ramah
Lingkungan pembelajaran yang ramah berarti ramah terhadap peserta didik dan pendidik, yaitu anak dan guru belajar bersama sebagai suatu komunitas belajar, menempatkan anak sebagai pusat pembelajaran, mendorong partisipasi anak dalam belajar, dan guru memiliki minat untuk memberikan layanan pendidikan yang terbaik.
2. Mengakomodasi kebutuhan
Mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karenanya, diharapkan sekolah penyelenggara harus dapat mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik dengan cara sebagai berikut:
a. Memerhatikan kondisi peserta didik, yaitu kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda serta gaya dan tingkat belajar yang berbeda.
b. Menggunakan kurikulum yang fleksibel.
c. Menggunakan metodologi pembelajaran bervariasi dan pengorganisasian kelas yang bisa menyentuh pada semua anak dan menghargai perbedaan.
d. Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
e. Melakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang terkait.
3. Mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin
Sekolah inklusif berupaya memberikan pelayanan pendidikan seoptimal mungkin, agar peserta didik yang memiliki hambatan dapat mengatasi masalahnya dan dapat mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Sekolah tentunya diharapkan mampu menyelenggarakan pendidikan inklusif. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan inklusif di sekolah/madrasah dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya:
1. Aspek Rasional
- Tidak Berhasil : Manfaat atau keuntungan dari penyelenggaraan inklusi belum terkomunikasikan kepada seluruh pihak yang terlibat
- Berhasil : Semua staf sekolah terlibat dalam pengembangan rasional penyelenggaraan inklusi dan manfaat-manfaat penyelenggaraan inklusi bagi seluruh siswa telah terkomunikasikan dengan jelas
2. Aspek Ruang Lingkup
- Tidak Berhasil : Perubahan-perubahan yang dilakukan di awal terlalu ambisius, atau terlalu luas, atau bahkan sangat terbatas
- Berhasil : Sekolah memulai dengan hal yang kecil terlebih dahulu (satu atau dua orang siswa) dan belajar dari kesalahan-kesalahan serta keberhasilannya sebelum melangkah lebih jauh yang melibatkan siswa-siswa lainnya.
3. Aspek Kecepatan Bertindak
- Tidak Berhasil : Perubahan yang dilakukan terlalu terburu-buru atau malahan terlalu lambat sehingga memungkinkan adanya penurunan antusiasme dari pihak yang terlibat
- Berhasil : Kecepatan implementasi inklusi bervariasi dari satu pengaturan (setting) ke setting lainnya. Kolaborasi yang intens dengan pihak-pihak yang terlibat serta ulasan secara berkala terhadap kecepatan perubahan akan membantu dalam menjamin keberhasilan
4. Aspek Sumber Daya
- Tidak Berhasil : Tidak tersedianya sumber daya yang tepat atau sumber daya ditempatkan tidak sesuai dengan peruntukannya
- Berhasil : Penyediaan sumber daya yang kuat akan membantu terbentuknya komitmen dari pihak-pihak yang terlibat dalam mengimplementasikan inklusi. Selain itu, sekolah pun harus dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan sebaik-baiknya
5. Aspek Komitmen
- Tidak Berhasil : Komitmen jangka panjang untuk terimplementasinya inklusi tidak dijaga
- Berhasil : Kolaborasi di antara bagian-bagian yang terlibat membantu untuk tetap terbentuknya komitmen jangka panjang. Ketika angggota terlibat dalam suatu tindakan, maka mereka akan lebih merasa memiliki dan berkepentingan dengan kesuksesannya
6. Aspek Staf inti
- Tidak Berhasil :Anggota staf yang dianggap penting bagi keberhasilan inklusi kurang berkomitmen atau terlalu banyak tugas yang dipikul
- Berhasil : Staf inti dianggap sebagai pemimpin dan motivator yang tugasnya menjamin kolaborasi yang setara antaranggota dalam komunitas sekolah. Tetapi mereka bukan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keberhasilan implementasi inklusi dibanding anggota lainnya
7. Aspek Orang tua
- Tidak Berhasil : Orang tua tidak terlibat atau tidak berkolaborasi dengan sekolah dalam menciptakan situasi yang inklusif
- Berhasil : Orang tua dilibatkan sebagai pihak yang dapat memberikan kontribusi dan diberikan dorongan sehingga pandangan, pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan dan dihargai
8. Aspek Kepemimpinan
- Tidak Berhasil : Pemimpin sekolah terlalu mengontrol atau tidak mendorong stafnya untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih tinggi
- Berhasil : Pimpinan sekolah memfasilitasi kolaborasi tim kerja, memberi dorongan anggota secara individual dan menjamin bahwa ide-ide mereka teraktualisasi
9. Aspek Hubungan dengan pihak lain
- Tidak Berhasil : Inklusi tidak melibatkan pihak-pihak lain
- Berhasil : Inklusi dipandang sebagai bagian yang terintegrasi dari pengembangan sekolah secara umum dan hubungan dengan berbagai pihak sangatlah penting
Tidak ada komentar:
Posting Komentar