SUPERVISI AKADEMIK
A. Pendahuluan
Dalam lampiran permendiknas nomor 13 tahun 2007, dimensi
kompetensi 4 "supervisi", pada kompetensi ke dua dituliskan
"melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang tepat." artinya, setiap kepala
sekolah diharapkan dapat melakukan supervisi
kelas untuk memantau kinerja guru di dalam kelas pada saat
pembelajaran berlangsung. Sedangkan pengawas sekolah, sesuai dengan
Permendiknas nomor 12 tahun 2007 diwajibkan melakukan supervisi sesuai dengan
persyaratan kompetensi 3.6 yang berbunyi " Membimbing guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau
di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang pengembangan di
TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI ".
Berdasarkan uraian di atas baik kepala sekolah
maupun pengawas sekolah memiliki sebagian tugas yang sama yaitu melaksanakan
supervisi akademik. Agar tugas supervisi akademik dapat dilaksanakan secara
profesional maka seorang kepala sekolah maupun pengawas sekolah memahami benar
tentang apakah supervisi akademik, apa tujuan supervisi, bagaimana melakukan
supervisi akademik.
B. Pengertian Supervisi Akademik
Glickman (1981), mendefinisikan supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu
guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. (Daresh,
1989). Dengan
demikian, berarti, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak
bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi
akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa
dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran sebagai
suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran,
merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik
merupakan serangkaian kegiatan membantuguru mengembangkan kemampuannya, maka
dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru,
sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya. Jadi ibarat kita akan menembak dapat tepat pada sasaran.
Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi
praktis penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat
realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya:
Apa
yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?,
Apa
yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan murid-murid di dalam kelas?,
Aktivitas-aktivitas
mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan
murid?,
Apa
yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?,
Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara
mengembangkannya?
Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran.Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah
melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau
kegiatan supervisi akademik,melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan
pelaksanaan pengembangan.
Dengan demikian, melalui supervisi akademik
guru akan
semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.
C.. Tujuan Supervisi akademik
Menurut
sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik, yaitu:
1. Supervisi akademik diselenggarakan dengan
maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami
akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan
menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
2. Supervisi akademik diselenggarakan dengan
maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui
kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar,
percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian
murid-muridnya.
3. Supervisi akademik diselenggarakan untuk
mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas
mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru
agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap
tugas dan tanggung jawabnya.
Ada empat kompetensi guru yang harus
dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi
kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. Aspek substansi pertama dan
kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru
tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya.
Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi
atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya.
Kedua, apa yang disebut dengan professional development competencyAreas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap
aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus
mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya.
Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik,
murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik akademik. Tetapi, mengetahui dan
memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru
harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata
lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang
guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya
dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya
sendiri.
D. Metode Supervisi
Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi
yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang
bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat
kekuatan dan kelamahan.Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya
pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf,
kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional,
laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk
pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional,
dan survei masyarakat-sekolah. Sedangkan menurut Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. Teknik supervisi individual, dan
teknik supervisi kelompok.
Supervisi akademik
ditujukan untuk membantu guru meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan belajar siswa. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilah
yang sering digunakan adalah supervisi pengajaran (instructional supervision).
Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat
dilakukan pengawas. Metode metode tersebut dibedakan antara yang bersifat
individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat
kekuatan dan kelamahan.
Ada bermacam-macam
teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini
meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan
profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran,
pengembangan kurikulum, pengembangan petunjuk pembelajaran, darmawisata,
lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei
masyarakat-sekolah.
Sedangkan menurut
Gwyn, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu. teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok.
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi
individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru
tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di
sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan
tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual
meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan
antarkelas, dan menilai diri sendiri.
a. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah
teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam
rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data
yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah
semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka
di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas
masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan mendorong
mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan kelas ini bisa
dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan
bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Ada empat tahap kunjungan kelas.
Pertama, tahap
persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara
mengobservasi selama kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan selama
kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran
berlangsung. Ketiga,tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil
observasi, sedangkan tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
Ada beberapa kriteria
kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2)
mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3)
menggunakan instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif;
(4) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap
saling pengertian; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses
belajar mengajar; (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
b. Observasi Kelas
Observasi kelas secara
sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap
gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh
supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya
adalah untuk memperoleh data seobjektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam
situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam
usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang
diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
1) usaha-usaha
dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran
2) cara
penggunaan media pengajaran
3) reaksi
mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4) keadaan
media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Pelaksanaan
observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu:
(1) persiapan observasi
kelas;
(2) pelaksanaan observasi
kelas;
(3) penutupan pelaksanaan
observasi kelas;
(4) penilaian hasil
observasi; dan
(5) tindaklanjut.
Dalam melaksanakan observasi
kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen observasi tertentu,
antara lain berupa evaluativecheck-list, activity check-list.
c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual
adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina
atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan
profesional guru. Tujuannya adalah:
(1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi;
(2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
(3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri
guru; dan
(4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang
bukan-bukan.
Swearingen (1961)
mengklasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat macam sebagai
berikut
a. classroom-conference, yaitu
percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid
sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b. office-conference.
Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau
ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat
digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
c. causal-conference.
Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara
kebetulan bertemu dengan guru
d. observational
visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
Dalam percakapan
individual ini supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,
mendorong guru mengatasi kesulitankesulitannya, dan memberikan pengarahan,
hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang
situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.
d. Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas
dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari
yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri.
Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru
dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan
kelas, dan sebagainya.
Agar kunjungan
antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengembangan kemampuan guru, maka
sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam
melaksanakan supervisi bagi guruguru.
a. Guru-guru
yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan mencari
guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan
mengunjungi.
b. Tentukan
guru-guru yang akan mengunjungi.
c. Sediakan
segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
d. Supervisor
hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa yang ditampilkan
secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
e. Adakah
tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
f. Segera
aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan
pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
g. Adakan
perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
e. Menilai Diri Sendiri
Menilai diri sendiri
merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri
sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru (Sutton, 1989).
Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara objektif kepada guru tentang
peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda
pengajarannya dalam mempengaruhi murid (House, 1973). Semua ini akan mendorong
guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya (DeRoche, 1985; Daresh, 1989;
Synder & Anderson, 1986).
Nilai diri sendiri
merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan
mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri.
Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri,
antara lain sebagai berikut.
a. Suatu
daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk
menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk
pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut
nama.
b. Menganalisa tes-tes terhadap unit
kerja.
c. Mencatat
aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara
perorangan maupun secara kelompok.
2. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi
kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada
dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan,
memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada
mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi.
Menurut Gwynn, ada
tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut.
a) Kepanitiaan-kepanitiaan
b) Kerja
kelompok
c) Laboratorium
kurikulum
d) Baca
terpimpin
e) Demonstrasi
pembelajaran
f) Darmawisata
g) Kuliah/studi
i) Perpustakaan
jabatan
j) Organisasi
profesional
l) Pertemuan guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar